Kamis, 20 November 2014

Strategi Pembelajaran Inkuiri ( SPI )

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Sejak manusia lahir ke dunia manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inkuiri, siswa di dorong  untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsi-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.  Mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat sebagaimana yang kami jelaskan sebelumnya pada latar belakang permasalahan yaitu : 
1.     Bagaimana Konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Penggunaan SPI?
2.     Seperti apa langkah pelaksanaan serta kesulitan dalam implementasi SPI?
3.     Kemukakan keunggulan dan kelemahan SPI?


BAB II
PEMBAHASAN

A.   STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi  oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir.
Ranah kognitif mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah : pengetahuan dasar (fakta, peristiwa, informasi, istilah) sampai yang paling tinggi : evaluasi (pandangan yang didasarkan atas pengetahuan dan pemikiran) sehingga merupakan suatu hierarki.[1]
Pembinaan pola pikir atau kognitif yakni  pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam. Sasaran dari belajar pengetahuan kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran sendiri dan sistemasisasi proses belajar dalam diri sendiri. Dalam psikologi modern sistematisasi dan pengaturan kegiatan mental yang kognitif ini dipandang senagai suatu proses kontrol (control procces). Tujuan- tujuan pembelajaran kerap mengandung sasaran supaya siswa belajar berpikir (how to think). Sasaran ini secara teoritis dapat dibenarkan, tapi persoalannya terletak pada bagaimana cara mengelola pengajaran ke arah itu (teaching students how to think).[2]
Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan pristiwa behavioral yang dapat diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Koffka, misalnya, melalui teori belajar Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu disebabkan karena adanya insight dalam diri siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri.
Belajar dengan insight adalah sebagai berikut:
a.     Insight tergantung dari kemampuan dasar.
b.     Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari).
c.      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d.     Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e.      Belajar dengan insight dapat diulangi.
f.       Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.[3]
 Demikian juga dalam teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kognitif. Teori belajar lain yang mendasar SPI adalah teori belajar konstruktivistik. Teori belajar ini di kembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa.

B.   Konsep Dasar  Strategi Pembelajaran Inkuiri ( SPI )
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Dengan strategi heuristik, bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator untuk memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan. Srategi heuristik dapat digunakan untuk mengajarakan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan strategi heuristik, diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif seperti kritis, kreatif, inovatif, mandiri, dan terbuka. Strategi heuristik terbagi atas diskoperi dan inkuiri.[4]
SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak Ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.
Akal adalah karunia Allah SWT yang besar bagi manusia. Agama Islam berisi pedoman bagi manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi.

ö@è% (#r玍ŠÎû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øŸ2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yムnor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ  

         Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Ankabut:20).

          Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri.
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitatordan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Intisari dari pendekatan inkuiri adalah memberi pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan tekhnik yang diterapkan oleh seorang peneliti. Dalam pembelajaran inkuiri berarti para guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan menggunakan prosedur penelitian atau investigasi, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis dan penjelasan yang kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata.[5]

C.    Prinsip-prinsip Penggunaan SPI
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu maturation, physical experience, social experiance, dan equilibration.
          Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Otak bisa dikatakan sebagai pusat atau sentral  perkembanagan dan fungsi kemanusiaan.
Physicial experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan  atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
          Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan argumentasi dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu pada gilirannya dapat memunculkan pengalaman-pengalaman mental yang memungkinkan atau memaksa otak individu untuk bekerja. Kedua, melalui pengalaman sosial anak mengurangi egocentric-nya. Sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman semacam itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti misalnya kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan lain sebagainya.
Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan  baru yang ditemukannya. Adakalanya anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini.

1.     Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari  “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

2.     Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.

3.     Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan berbagai jenis dan tekhnik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

4.     Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu di dukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur –unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

5.     Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.[6]

D.   Langkah Pelaksanaan SPI
          Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1.     Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Padahal langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
a.     Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b.     Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c.      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2.     Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir dan memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental dalam proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, antara lain:
a.     Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b.     Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada.
c.      Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3.     Merumuskan  Hipotesis
Merumuskan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.

4.     Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
5.     Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi , akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6.     Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperolah berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karna itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.[7]

E.    Kesulitan-kesulitan Implementasi SPI
          Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPI dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan.

          Pertama, SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasah keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menganggap SPI sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Apalagi sifat guru yang cenderung konvensional, sulit  untuk menerima pembaruan-pembaruan.

          Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir. Mereka akan sulit manakala disuruh untuk bertanya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan, walaupun pertanyaan itu sangat sederhana.

          Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Guru akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan mengunakan inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.

E. Keunggulan dan Kelemahan SPI

1. Keunggulan
     SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a.     SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.     SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.      SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar dalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.     Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang meiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2. Kelemahan
       Di samping meiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a.     Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.     Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya , memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.     Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemempuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

 BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Pembinaan pola pikir atau kognitif yakni  pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam. SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak Ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Adapun Prinsip-prinsip Penggunaan SPI  
1.     Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
2.     Prinsip Interaksi
3.     Prinsip Bertanya
4.     Prinsip Belajar untuk Berpikir
5.     Prinsip Keterbukaan
Sedangkan langkah pelaksanaannya yakni sebagai berikut
1.     Orientasi
2.     Merumuskan Masalah
3.     Merumuskan Hipotesis
4.     Mengumpulkan Data
5.     Menguji Hipotesis
6.     Merumuskan Kesimpulan
Kesulitan Impementasi SPI
1.     SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekanka pada proses berpikir.
2.     Belajar pada dasarnya adalah menerima materi dari guru.
3.     Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten.
Sejauh kita memahami strategi pembelajaran SPI sejalan dengan banyaknya strategi pembelajaran maka pastilah SPI juga memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan, demikian halnya dengan strategi pembelajaran lainnya yang memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

B.   SARAN
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah dan yang buruk datangnya dari kami, juga kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Oleh sebab itu, kritik maupun saran pembaca senantiasa kami harapkan agar dapat kami jadikan bahan perbandingan untuk karya-karya kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal .Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya : Insan  Cendekia,           2002
Djamarah, Syaiful Bahri . Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima,       2011
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara,   2012
Sanjaya, H. Wina . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta :   Kencana Prenada Media Group, 2006




[1] Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2012, hal. 65
[2] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 72,74
[3] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hal. 19
[4] H. Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia, 2002, hal. 54
[5] Drs. Lukmanul Hakim M. pd, Perencanaan Pembelajaran, Bandung, Wacana Prima, 2011, hal. 49
[6] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M. Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006, hal. 199-201
[7] Ibid, Prof. Dr. H. Wina Sanjaya M, pd,  hal. 202-205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar