I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pengembangan segala potensi yang dimiliki
manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang diupayakan sedapat
mungkin disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui alat atau media yang
telah dibentuk dan dikelola oleh manusia untuk menolong dirinya sendiri atau
orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga tidaklah
mengherankan jika misi utama dari ajaran Islam itu adalah proses pendidikan
dengan adanya perintah iqra’ (membaca) sebagai perintah pertama dan
legalisasi (pengakuan) akan adanya agama rah}matan li>
al-‘a>lami>n.[1]
Pendidikan dikaitkan dengan kata Islam atau ungkapan yang lebih sederhana
yaitu pendidikan Islam, maka penekanannya adalah pada aspek keserasian dan
keseimbangan hidup manusia antara jasmani dan rohani, jiwa dan raga atau
keseimbangan antara urusan duniawiah dan ukhrawiah.[2]
Achmadi dalam Khaeruddin mengemukakan
bahwa Pendidikan Islam secara umum didefinisikan sebagai usaha untuk memelihara
dan mengembangkan fitrah manusia serta segala sumber daya yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia yang paripurna sesuai dengan norma-norma Islam.
Konsep manusia seutuhnya dalam perspektif Islam secara garis besar dapat
diformulasikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa serta memiliki ilmu
pengetahuan dan segala bentuk kemampuan lainnya yang teraktualisasi dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara
baik, positif, dan konstruktif.[3]
Jadi, pendidikan Islam adalah proses transpormasi ilmu
pengetahuan dan internalisasi nilai dalam diri setiap individu melalui
penumbuhan dan pengembangan potensi-potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan
dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek.
Terdapat banyak alasan
untuk mempelajari filsafat pendidikan Islam, khususnya apabila ada pertanyaan
rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu
pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas
konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus
globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan Islam harus
diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan
yang jelas. Di sinilah perlunya pemahaman tentang dasar-dasar pendidikan Islam
yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan
substantif.
Ketika dikaji dengan teliti mengenai filsafat
pendidikan, hal mendasar yang harus diketahui adalah mengenai pendidikan Islam
dalam berbagai perspektif. Dalam filsafat pendidikan terdapat banyak pandangan
yang bisa dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan dan
menguraikan tentang konsep pendidikan Islam khususnya dalam perspektif
al-Qur’an, al-Hadits, filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan menjadi
pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana konsep dasar pendidikan Islam?
2.
Bagaimana dasar pendidikan Islam menurut al-Qur’an dan
Hadis?
3.
Bagaimana dasar pendidikan Islam ditinjau dari perspektif
filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologis?
II.
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan bagian
penting dalam kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan.
Hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instinnya. Sedangkan bagi
manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna mencapai
kehidupan yang lebih berarti. Oleh karena itu, pendidikan sebagai suatu aktivitas
yang sadar akan tujuan, menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam
membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam pluralisme
kehidupannya secara tepat.
Dasar pendidikan merupakan
persoalan yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari
dasar pendidikan itu kemudian akan ditentukan corak, warna dan isi pendidikan
itu sendiri.[1] Dasar (Arab;
Asas, Inggris; Fondation, Perancis; Fondement, Latin; fundamentum.
Secara bahasa, berarti alas, fundamen, pokok
atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan).[2]
Dasar mengandung pengertian sebagai berikut: (1) Sumber dan sebab adanya
sesuatu. Misalnya alam rasional adalah dasar alam inderawi, artinya alam
rasional merupakan sumber dan sebab adanya alam inderawi. (2) Proposisi paling
umum dan makna paling luas yang dijadikan sumber pengetahuan, ajaran atau
hukum. Dasar untuk pindah dari kepada yakin adalah kepercayaan kepada Tuhan
bahwa Dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hamba-Nya.
Dasar adalah landasan untuk
berdirinya sesuatu dan mempunyai fungsi untuk memberikan arah kepada tujuan
yang ingin dicapai dan sekaligus sebagai landassan untuk berdirinya sesuatu.[3]
Dasar mesti ada dalam satu bangunan. Tanpa dasar, bangunan itu tidak akan ada.
Pohon besar itu karena akar adalah dasarnya. Tanpa akar, pohon itu mati dan ketika
sudah mati, bukan pohon lagi namanya melainkan kayu.[4]
Maka tak ada akar, pohon pun tak ada. Kalimat لا اله الا الله (Tidak ada Tuhan selain Allah)
yang merupakan ekspresi terdalam keimanan orang mukmin digambarkan oleh Allah
swt. sebagai dasar yang melahirkan cabang-cabang berupa amal saleh, sesuai firman
Allah dalam QS Ibrahim/14: 24-25.
öNs9r& ts? y#øx. z>uÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 crã2xtGt ÇËÎÈ
Terjemahnya:
Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim degan seizin Tuhan-Nya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.[5]
Secara umum pendidikan merupakan
suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah
dan jasmaniah yang harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu,
kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan,
baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah
tujuan akhir perkembangan dan pertumbuhan manusia kepada titik optimal
kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian
yang bulat dan utuh sebagai individual dan sosial serta hamba Tuhan yang
mengabdikan diri kepada-Nya.[6]
Pendidikan dalam pemahaman Islam
ialah pertumbuhan yang seimbang antara pertumbuhan jasad, akal dan ruh, sehingga pendidikan Islam merupakan kebutuhan
yang esensial bagi manusia. Karena pentingnya pendidikan, untuk itulah Allah
swt. menetapkan perintah membaca sebagai instruksi pertama yang diterima oleh
nabi Muhammad saw. Dari ayat yang pertama turun tersebut dapat difahami bahwa
Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap pendidikan itu sendiri. Hal ini
sebagai bukti betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia.
Kebutuhan
akan pendidikan Islam terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Ini
adalah konsekuensi logis bagi manusia sebagai makhluk yang berakal, yang
memiliki kepentingan dan kebutuhan sesuai dengan zamannya dalam dimensi daya
cipta, rasa, dan karsa.[7]
Dengan demikian aktivitas pendidikan telah ada sejak manusia ada. Ini terbukti
bahwa transformasi budaya telah berlangsung dari manusia pertama, dan
selanjutnya berkembang sampai generasi berikutnya. Islam mempunyai berbagai macam
aspek, di antaranya adalah pendidikan Islam.
Pendidikan Islam dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam sehingga dengan mudah dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.[8]
Pengertian
tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia di masa yang akan datang,
tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islam yang diamanahkan Allah kepada
manusia, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Beberapa
pakar pendidikan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan tinjauan
yang mereka kembangkan dan dengan demikian maka terjadi variasi dan polarisasi
pengembangan pemikiran pendidikan. Menurut al-Toumy al-Syaibany bahwa Pendidikan
Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku indivdu pada kehidupan
pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.[9]
Sedangkan Fadhil
al-Jamaliy mengatakan bahwa Pendidikan Islam diartikan sebagai upaya
mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia ke arah yang lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan maupun perbuatan.[10]
Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk menambah
kecakapan, keterampilan, pengertian dan sikap melalui belajar dan pengalaman
yang diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan melangsungkan
hidupnya, pada gilirannya dapat mencapai tujuan hidupnya. Usaha itu terdapat
baik dalam masyarakat yang terkebelakang, maupun masyarakat yang sudah maju.
Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan penting dalam melakukan
perubahan-perubahan dan rekayasa sosial dalam tatanan kehidupan. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa perubahan-perubahan hanya dapat diwujudkan
melalui pendidikan.
Berdasarkan beberapa rumusan tentang definisi
dasar dan pendidikan Islam di atas maka dapat dipahami bahwa konsep dasar Pendidikan Islam adalah
Islam dengan segala ajarannya, dimana ajaran tersebut bersumber dari al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah saw. yang dapat dikembangkan dengan berbagai aspek
lainnya. Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan disebut ilmu pendidikan
Islam. Tanpa dasar ini, tidak akan ada ilmu pendidikan Islam.
B. Dasar
Pendidikan Islam Menurut al-Qur’an dan Hadis
Sejalan dengan pengertian
dan karakter ilmu pendidikan Islam, maka ilmu pendidikan Islam, baik secara
teori maupun praktik berusaha merealisasikan misi ajaran Islam, yaitu
menyebarkan dan menanamkan ajaran Islam ke dalam jiwa umat manusia, mendorong
penganutnya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran al-Qur’an dan hadis, mendorong
pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat mensejahterakan
pribadi dan masyarakat, meningkatkan derajat dan martabat manusia.
Ahmad Tafsir memberikan
suatu pandangan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk Muslim yang
sempurna dalam artian beriman dan bertakwa atau manusia yang beribadah kepada
Allah.[11] selain itu al-Gazali dan
Ali al-Jumbulati juga mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan adalah bersifat
keagamaan dan akhlak untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dan sekaligus
untuk mendapatkan keridhaan-Nya, karena agama merupakan sistem kehidupan yang menitipberatkan
pada pengalaman.[12] Kedua pandangan ini
memberikan makna bahwa pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk
mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik yang menyangkut bagaimana akhlak
dan sikap yang baik di tengah masyarakat, serta
pengamalan ajaran agama Islam secara kaffah.
Umat Islam sebagai suatu
komunitas yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci (al-Qur’an) lengkap dengan
segala petunjuk dan meliputi segala aspek kehidupan manusia, sudah barang tentu
dasar atau landasan pendidikan bersumber dari al-Qur’an. Rasulullah sendiri
yang dianggap sebagai pendidik utama pada masa awal pertumbuhan Islam telah
menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pertama dan utama pendidikan, di samping hadis beliau
sendiri. Al-Qur'an
sebagai kala>mullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad menjadi
dasar sumber pendidikan Islam yang utama dan pertama. Al-Qur'an menempati
posisi yang paling sentral sebagai dasar dan sumber pendidikan Islam. Oleh
karena itu, segala kegiatan dan proses pendidikan Islam harus senantiasa berorientasi
pada prinsip dan nilai-nilai al-Qur'an.
Hasan langgulung dalam Azyumardi
Azra mengatakan bahwa al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam mengandung
beberapa hal positif bagi pengembangan pendidikan, yaitu antara lain
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah
manusia, dan memelihara kebutuhan sosial.[13]
Al-Qur`an menegaskan bahwa Allah adalah Rabbal 'a>lami>n, artinya adalah pendidik semesta alam dan
juga pendidikan bagi manusia. Pengertian tersebut diambil, karena kata rabbal dalam arti tuhan dan rabb dalam arti pendidik berasal dari
asal kata yang sama. Dengan demikian menurut al-Qur’an tersebut alam dan manusia
mempunyai sifat tumbuh dan berkembang dan yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tersebut tidak lain kecuali Allah juga. Jadi mendidik dan pendidik
pada hakikatmya adalah fungsi Tuhan dan mendidik adalah mengatur, serta mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan alam dan manusia sekaligus. Kenapa kenyataan
bahwa pendidik dan mendidik itu menjadi urusan manusia.[14]
Terdapat beberapa ayat yang menyebutkan bahwa Allah sebagai rabb senantiasa mendidik hambanya,
bahkan yang menjadi dasar dan landasan akan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana
firman Allah dalam al-Qur’an QS al-Baqarah/2: 31.
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Terjemahnya:
Dan dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya
kepada para malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang benar orang-orang yang benar.[15]
Kelebihan al-Qur'an sebagai
dasar pendidikan Islam tampak pada metodenya yang unik dan menakjubkan,
sehingga dalam konsep Pendidikan yang
terkandung di dalamnya bertujuan untuk menciptakan individu yang berilmu dan
beriman, senantiasa mengesakan Allah serta mengimani hari akhir. Al-Qur'an
memberikan kepuasan penalaran yang sesuai dengan kesedehanaan dan fitrah manusia
tanpa unsur paksaan dan di sisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan
emosi manusiawi. Oleh karena itu, al-Qur'an mengetuk akal dan hati sekaligus
sehingga mewujudkan ilmu pengetahuan yang sinergis dengan iman. Sebagaimana Allah
berfirman dalam QS al-Muja>dilah/58: 11.
Æìsùöt… ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Terjemahnya:
… niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.[16]
Allah akan mengangkat
orang-orang mukmin dan berilmu pengetahuan dengan memberikan kedudukan yang
khusus, baik dari pahala maupun keridhaan-Nya.[17]
Jadi, ayat yang pertama turun dimulai dengan
ayat yang mengandung konsep Pendidikan Islam. Sehingga dipahami dari
ayat itu bahwa tujuan al-Qur'an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui
metode bernalar serta sarat dengan kegiatan ilmiah, meneliti, membaca, mempelajari
dan observasi terhadap manusia sejak masih dalam bentuk segumpal darah dan
seterusnya, hal ini terlihat dalam firman Allah dalam QS al-‘Alaq/96: 1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Terjemahnya:
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.[18]
Hal
tersebut menunjukkan bahwa Islam melalui al-Qur'an menempatkan pendidikan pada
segmen yang terpenting. Bahkan perintah Allah yang pertama dalam al-Qur'an
adalah masalah pendidikan
dengan perintah untuk membaca. Itu berarti bahwa kebesaran dan kejayaan
Islam karena dibangun melalui pendidikan.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua ayat dalam al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan baik secara
tersurat maupun tersirat. Pada setiap atau bahkan sejumlah
ayat Allah membuktikan anugerahnya dengan menempatkan manusia di hadapan benda
nyata, pengalaman, suara hati dan jiwa. Sehingga manusia tidak akan pernah
mampu mengingkari apa yang telah dirasakan dan diterima oleh akal dan hatinya.
Dasar pendidikan Islam yang
kedua adalah Hadis atau Sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian, maka sangat
absah bila dikatakan bahwa Rasulullah saw. adalah sebagai guru atau pendidik
utama dan pertama dan segala amalan atau perbuatan yang dikerjakan Nabi saw.
Robert L. Gulick dalam bukunya Muhammad the Educator mengemukakan bahwa Muhammad betul-betul
seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan
yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan kestabilan yang mendorong
perkembangan kebudayaan Islam. Dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat
derajat atau mengubah perilaku manusia menjadi baik adalah seorang pangeran di antara
para pendidik.[19]
Selaras dengan uraian tersebut,
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa Seperti halnya al-Qur’an, hadis juga berisi
aqidah dan syari’ah. hadis berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau
muslim yang bertakwa. Untuk itu, Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama.
Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah al-Arqam ibn abi
al-Arqam, kedua dengan memamfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis,
ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua
itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat
Islam.[20]
Jadi hadis merupakan dasar pendidikan Islam.
Hadis memiliki dua manfaat pokok
dalam dunia pendidikan. Manfaat pertama, hadis mampu menjelaskan konsep
dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al-Qur’an. Kedua,
hadis dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan.
Misalnya, menjadikan kehidupan Rasulullah saw. dengan para sahabat ataupun
anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
Pendidikan Islam dalam
perspektif hadis senantiasa searah dan seiring dengan al-Qur'an, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan Islam dalam perspektif hadis merupakan
cerminan dari konsep pendidikan dalam
al-Qur'an. Kendatipun konsep pendidikan telah terdapat dalam al-Qur'an dan
hadis, namun demikian tetap terbuka untuk menafsirkan konsep-konsep pendidikan,
sehingga dapat diterjemahkan dalam semua zaman dan kondisi sesuai dengan
tuntutan perubahan. Dalam artian bahwa konsep-konsep pendidikan yang tertuang dalam al-Qur'an dan hadis tidak
harus dimaknai secara sempit dan picik, akan tetapi hendaknya dimaknai sebagai
konsep universal yang tidak terbatas dalam suatu ruang waktu tertentu.
Uraian di atas bermakna bahwa
sistem pendidikan harus berdasarkan
keduanya seperti yang diungkapkan oleh Abdul Fattah Jalal bahwa “al-Quran
dan Hadis merupakan sifat azasi pendidikan, karena dari keduanyalah dapat
dijabarkan berbagai permasalahan dasar pendidikan”.[21] Oleh sebab itu, segala aktivitas yang dilakukan
dalam proses pendidikan agama Islam harus selalu berlandaskan dari al-Qur’an dan Hadis
Nabi saw. Begitupula bagi setiap muslim, hendaknya dalam
melaksanakan segala kegiatan dan aktivitas senantiasa mendasarkannya pada al-Qur’an dan Hadis, sebab keduanya merupakan pedoman bagi
manusia guna menjadikan manusia sebagai manusia yang insan al-ka>mil.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara
tujuan hidup manusia dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
C. Dasar Pendidikan Islam ditinjau dari Perspektif filsafat, Yuridis Formal, Psikologis dan Sosiologis
1.
Filsafat
Secara etimologis filsafat
berasal dari kata-kata “philos” yang artinya love (cinta) dan “sophia” artinya wisdom (kebijaksanaan-kearifan). Jadi filsafat dapat diartikan
cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta akan kearifan.[22]
Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan
manusia ini kemudian melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin
diketahuinya. Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan
berfilsafat manusia kemudian jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau
mengetahui. Dengan kepandaiannya manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana
adalah tujuan dari mempelajari filsafat itu sendiri.
Filsafat menentukan dasar
dan tujuan hidup yang akan dijadikan sebagai dasar dan tujuan pendidikan yang
akan dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap selanjutnya akan mencerminkan sikap
dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Hal ini menjadi mungkin karena
filsafat mengandung ide-ide, cita-cita dan sistem nilai yang perlu
dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat atau bangsa dan inilah yang
turut mewarnai sistem dan tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia. Sebagaimana
halnya dengan dasar pendidikan, maka tujuan pendidikan pun harus berdasarkan
pada falsafah hidup suatu bangsa.
Tujuan umum pendidikan
biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh
penyusun tujuan tersebut. Dalam merumuskan tujuan, pandangan hidup inilah yang
menjadi acuan dasarnya dan pendidikan hanya dijadikan sebagai alat untuk
kelanjutan hidup manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Karena falsafah hidup suatu bangsa berbeda, maka tujuan pendidikan suatu bangsa
pun berbeda. Perbedaan ini dapat
dilihat pada beberapa Negara, misalnya di Sparda dahulu, tujuan pendidikannya
adalah mempersiapkan seseorang agar menjadi kuat jasmaninya dalam berperang dan
fasih berbicara dalam majlis-majlis. Di Athena tujuan pendidikannya adalah
mempersiapkan individu-individu yang utuh dengan maksud agar seseorang itu
mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula
antara kekuatan jasmani dan rohaninya, serta baik akhlaknya baik perkataan
maupun perbuatannya. Begitupula di Jepang sekarang misalnya tujuan
pendidikannya adalah menghasilkan pegawai-pegawai yang ikhlas dan setia kepada
kerajaan dan mempergunakan sebagian ilmunya yang diperoleh untuk kepentingan
kerajaan.[23] Tujuan
pendidikan tersebut yang didasarkan pada falsafah hidup suatu bangsa hanya
berorientasi pada keduniaan saja.
Pendidikan Islam juga
mempunyai tujuan tersendiri, sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang
telah digariskan al-Qur'an dan al-Hadits. Tujuan dalam proses kependidikan
Islam adalah idealitas yang mengandung nilai-nilai yang islami yang hendak
dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara
bertahap. Dengan demikian, tujuan tersebut menggambarkan nilai-nilai Islami
yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia pada akhir dari proses tersebut.
2.
Yuridis Formal
Dasar pendidikan Islam sebagaimana
pendapat yang menyatakan bahwa dasar pendidikan agama Islam adalah
meliputi “dasar ideal yaitu Pancasila, dasar konstitusional adalah
Undang-Undang Dasar 1945. Dasar yuridis formal adalah Undang-Undang Pendidikan
Nasional, Dasar operasional adalah Kurikulum Pendidikan Nasional yang memuat
mata pelajaran agama”.[24] Jadi, jelaslah bahwa dasar pendidikan Islam
secara yuridis formal itu adalah dasar-dasar yang berkenaan dengan negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan
pada Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.[25]
Relevansi
kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam dapat dilihat dari
dikeluarkannya Tap MPRS No. 2 tahun 1960 ditegaskan bahwa madrasah adalah
lembaga pendidikan otonom di bawah pengawasan Menteri Agama selain itu dalam
Tap MPRS No. 27 Tahun 1996 dinyatakan bahwa agama merupakan salah satu unsur
mutlak dalam pencapaian tujuan nasional. Berdasarkan ketentuan ini, maka
Departemen Agama menyelenggarakan pendidikan madrasah tidak saja bersifat
keagamaan dan umum, tetapi juga bersifat kejuruan.[26]
Undang-Undang
No. 2 tahun 1989 merupakan wadah formal terintegrasinya sistem pendidikan Islam
dalam sistem pendidikan nasional meskipun secara eksplisit tidak mengatur
secara khusus tentang pendidikan Islam tetapi dalam prakteknya memberikan
ketentuan-ketentuan baru mengenai jenis dan kurikulum pendidikan Islam, khususnya
pendidikan madrasah.
Dapat
dipahami bahwa posisi pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional tahun
1989 tercermin dalam beberapa aspek.
a.
Sistem
pendidikan nasional menjadikan agama sebagai salah satu muatan wajib dalam
semua jalur dan jenis pendidikan
b.
Dalam
sistem pendidikan nasional, madrasah dimasukkan ke dalam kategori pendidikan
jalur sekolah. Kebijakan ini dapat dikatakan bahwa madrasah pada hakekatnya
adalah sekolah.
c.
Meskipun
madrasah diberi status pendidikan jalur sekolah tetapi sesuai dengan jenis
keagamaan dan system pendidikan nasional. Maka Madrasah memiliki jurusan khusus
yaitu ilmu-ilmu agama dan ilmu umum.[27]
Maksud
di atas adalah integritas madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional bukan
merupakan integritas dalam artian penyelnggaraan dan pengelolaan, tetapi lebih
pada pengakuan yang lebih mantap bahwa madrasah adalah bagian dari Sistem
Pendidikan Nasional walaupun pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Agama.
3. Psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi
tentang watak pelajar, para guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian
dan penilaian, pengukuran, serta bimbingan. Keberhasilan pendidik dalam
mencapai tujuan, harus memiliki informasi tentang watak peserta didik,
pendidik, pengukuran dan penilaian yang terbaik.
Psikologi
pada dasarnya menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia
maupun hewan yang pada mulanya digunakan para ilmuwan untuk memenuhi kebutuhan
mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup
mulai yang primitif sampai yang paling modern. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya
dengan lingkungan.[28]
Ilmu
pendidikan Islam dengan pendekatan psikologis dapat diartikan sebagai usaha
memanfaatkan jasa psikologi Islam pada khususnya dan psikologi pada umumnya
untuk mendukung perumusan konsep dan praktis pendidikan. Penggunaan jasa
psikologi ini ditujukan, agar konsep dan praktik pendidikan tersebut dapat
dirumuskan secara konprehensif dan dapat diterapkan secara efektif dalam
mencapai tujuan pendidikan.[29]
Pernyataan
tersebut antara lain di dasarkan pada dua asumsi sebagai berukut:
a. Kepentingan
masyarakat
Pendidikan
adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari generasi tua kepada
generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat tersebut. Dalam
pemindahan (transmission), nilai-nilai ilmu dan keterampilan inilah psikologi
memegang pranan yang sangant penting.[30]
b. Kepentingan Individu
Pendidikan dilihat dari segi kacamata individu dapat
diartikan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan
tersembunyi. Individu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan
bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Masih berada di dasar laut, sehingga perlu dipancing dan
digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang jika pandai mempergunakannya dapat berubah menjadi emas
dan intan, dapat menjadi kekayaan yang berlimpah ruah. Kemampuan intelektual
saja beraneka ragam. Untuk dapat menggali, mengembangkan, dan memberdayakan
kemampuan individual manusia itu, pendidikan memiliki peranan yang sangat
menentukan. Pendidikan menurut pandangan individu adalah menggarap kekayaan
yang terdapat pada setiap individu agar dapat dinikmati oleh individu dan
selanjutnya oleh masyarakat.
4. Sosiologi
Dasar sosiologi yaitu dasar yang memberikan kerangka
budaya di mana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih dan
mengembangkan kebudayaan.
Pada
awal abad 20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan,
sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sosiologi Pendidikan dengan pendekatan
sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi
untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang
dihadapinya. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya Dictionary of Sociology dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah
sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
fundamental.[31] Pendidikan,
menurut pendekatan sosiologi ini, dipandang sebagai salah satu konstruksi
sosial, atau diciptakan oleh interaksi sosial. Para sosiolog pendidikan
mengkaji praktik-praktik pendidikan untuk membuktikan hubungannya dengan
kelembagaan, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan berbagai komponen
pendidikan lainnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut
tampak jelas dari satu segi pendidikan amat membutuhkan jasa sosiologi, namun
pada sisi lain pendidikan juga tidak berdaya membendung kecenderungan
perkembangan masyarakat. Pendidikan dan perkembangan masyarakat terjadi
hubungan yang saling tarik menarik dan bersifat simbiotik. Kecenderungan selama
ini menunjukkan bahwa pengaruh perkembangan masyarakat jauh lebih kuat dari
pengaruh pendidikan. Pengaruh pendidikan terhadap masyarakat lebih bersifat
jangka panjang atau defensif yakni
pendidikan berusaha membendung pengaruh negatif dari perkembangan masyarakat. Sedangkan
pengaruh masyarakat terhadap pendidikan tampak bersifat jangka pendek dan
mendesak. Pendidikan dan masyarakat selalu berinteraksi dan saling memberi
pengaruh.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Konsep
dasar pendidikan Islam
bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. yang dapat
dikembangkan dengan berbagai aspek lainnya. Tidak harus dimaknai secara sempit
dan picik, akan tetapi dimaknai sebagai konsep universal yang tidak terbatas
dalam suatu ruang waktu tertentu.
2.
Dasar pendidikan Islam menurut al-Qur’an
dan al-Hadits mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan.
3.
Dasar pendidikan Islam ditinjau dari perspektif filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologis yaitu menghendaki
terwujudnya nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia dengan berdasar pada
cita-cita hidup umat Islam yang menginginkan kehidupan duniawi dan ukhrawi yang
bahagia secara harmonis.
B. Implikasi
Ajaran Islam tentang pendidikan adalah
mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan dan menegakkan pendidikan.
Dalam pendidikan, terkandung nilai-nilai sakral yang bisa mengantarkan manusia
menjadi sosok berguna, karena menurut ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan
hidup mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
dunia akhirat. Oleh karena itu, untuk membentuk manusia berilmu tidak terlepas
dari berbagai unsur pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
al-Abrasyi, Muhammad
Athiyah. Ruh} Isla>m, Terj.
Syamsuddin Asyrofi, Achmad Warid Khan, dan Nizar Ali dengan dengan judul Beberapa
Pemikiran Pendidikan Islam. Cet. I; Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1996.
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Cet. 1; Jakarta:
Rineka Cipta, 1991.
Aly, Hery Noer.
Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: logos, 1999.
Arifin, H.M. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
-------. Ilmu
Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisepliner. Cet.
II; Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
-------. Kapita
Selekta Pendidikan. Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Azra,
Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan
Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Cet. 1; Jakarta: Kencana,
2012.
Daradjat,
Zakiah, et.al. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
Departemen Agama RI. Al-Qur’anul
Kari>m dan Tajwid Berwarna disertai Tafsir Ringkas Ibnu Katsi>r. Jakarta:
Jabal Raudhotul Jannah, 2009.
http://hamzah-harun.blogspot.com/2012/02/dasar-dasar-pendidikan-Islam_9585.html (diakses
27 September 2013).
Jalal, Abdul Fattah. Min Ushu>l al-Tarbawiyah
Fi> al-Isla>m, terj. Herry Noer Ali, dengan judul Azas-azas Pendidikan
Islam. Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1988.
al-Jamaly, Muhammad Fadhil. Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an.
Cet. 1; Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
al-Jumbulati, Ali. Dira>satun
Muqa>ranatun fi-al-Tarbiyyati al-Isla>mi>yah, terj. M. Arifin,
dengan judul Perbandingan Pendidikan
Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Khaeruddin. Ilmu
Pendidikan Islam: Mendesain Insan
yang Hakiki dan Mengintip dalam Sejarahnya. Cet. 1: Makassar: Berkah Utami,
2002.
Langgulung,
Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1987.
Nata,
Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam: dengan
Pendekatan Multidisipliner. Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
-------. Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan. Cet. III; Jakarta: RagaGrafindo Persada, 2009.
Rahmat,
Jalaluddin. Islam Alternatif (Cet.
III; Bandung: Mizan, 1991.
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam. Cet. IX; Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Salam,
Burhanuddin. Pengantar Pedagogik:
Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Cet.1; Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Cet. XVI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
al-Syaibany, Oemar Muhammad al-Toumy. al-Falsafah al-Tarbiyah al-Islam terj. Hasan Langgulung dengan judul Filsafat Pendidikan Islam. Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Tafsir,
Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. VIII; Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2008.
Tim
Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. III; Jakarta: Balai
Pustaka, 1994.
Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1. Cet.
IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Zuhairini, et.al. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksar, 2004.
-------. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
[1]Khaeruddin, Ilmu Pendidikan
Islam: Mendesain Insan yang Hakiki
dan Mengintip dalam
Sejarahnya
(Cet. 1I:
Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiyah, 2004), h. 12.
[4]Hery Noer Aly, Ilmu
Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: logos, 1999), h. 30.
[5]Departemen Agama RI, Al-Qur’anul Kari>m dan Tajwid Berwarna
disertai Tafsir RingkasIbnu Katsi>r (Jakarta: Jabal Raudhotul
Jannah, 2009), h.
258-259.
[6]H.M. Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 11.
[7]H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisepliner (Cet. II; Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 1.
[9]Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, al-Falsafah al-Tarbiyah al-Islam terj. Hasan Langgulung dengan judul Filsafat Pendidikan Islam (Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399.
[10]Muhammad Fadhil al-Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an (Cet.
1; Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 3.
[11]Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. VIII; Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), h.
51.
[12]Ali al-Jumbulati, Dira>satun Muqa>ranatun fi-al-Tarbiyyati al-Isla>mi>yah, terj. M. Arifin, dengan
judul Perbandingan Pendidikan Islam (Jakarta:
Rineka Cipta, 1994),
h.
[13]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium
III (Cet.
1; Jakarta: Kencana, 2012), h. 9.
[17]Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Cet.
III; Jakarta: RagaGrafindo Persada, 2009), h. 154.
[20]Lihat Zakiah Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan
Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 21.
[21]Abdul Fattah Jalal, Min Ushu>l al-Tarbawiyah Fi> al-Isla>m, terj. Herry Noer
Ali, dengan judul
Azas-azas Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1988), h. 15.
[22]Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu
Mendidik (Cet.1; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 33.
[23]Khaeruddin,
op.cit., h. 19.
[25]Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, UU Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
h. 3-4.
[26]http://hamzah-harun.blogspot.com/2012/02/dasar-dasar-pendidikan-Islam_9585.html (diakses 27 September 2013).
[27]Ibid.
[28]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
(Cet. XVI;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 10.
[29]Abuddin
Nata, Ilmu Pendidikan Islam: dengan Pendekatan Multidisipliner (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 163.
[1] Lihat
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Ruh} Isla>m, terj. Syamsuddin Asyrofi,
Achmad Warid Khan, dan Nizar Ali dengan dengan judul Beberapa Pemikiran
Pendidikan Islam (Cet. I;
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 9-27.
[2]Khaeruddin, Ilmu
Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam
Sejarahnya (Cet. II; Makassar:
Yayasan Pendidikan Fatiya, 2004), h. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar