Rabu, 26 November 2014

(al-Qur’an, Hadis, Filsafat, Yuridis Formal, Psikologis, dan Sosiologi)

I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pengembangan segala potensi yang dimiliki manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang diupayakan sedapat mungkin disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui alat atau media yang telah dibentuk dan dikelola oleh manusia untuk menolong dirinya sendiri atau orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika misi utama dari ajaran Islam itu adalah proses pendidikan dengan adanya perintah iqra’ (membaca) sebagai perintah pertama dan legalisasi (pengakuan) akan adanya agama rah}matan li> al-‘a>lami>n.[1]
Pendidikan dikaitkan dengan kata Islam atau ungkapan yang lebih sederhana yaitu pendidikan Islam, maka penekanannya adalah pada aspek keserasian dan keseimbangan hidup manusia antara jasmani dan rohani, jiwa dan raga atau keseimbangan antara urusan duniawiah dan ukhrawiah.[2]
Achmadi dalam Khaeruddin mengemukakan bahwa Pendidikan Islam secara umum didefinisikan sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta segala sumber daya yang ada padanya menuju terbentuknya manusia yang paripurna sesuai dengan norma-norma Islam. Konsep manusia seutuhnya dalam perspektif Islam secara garis besar dapat diformulasikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa serta memiliki ilmu pengetahuan dan segala bentuk kemampuan lainnya yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara baik, positif, dan konstruktif.[3] Jadi, pendidikan Islam adalah proses transpormasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai dalam diri setiap individu melalui penumbuhan dan pengembangan potensi-potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek.
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan Islam, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan Islam harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya pemahaman tentang dasar-dasar pendidikan Islam yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
Ketika dikaji dengan teliti mengenai filsafat pendidikan, hal mendasar yang harus diketahui adalah mengenai pendidikan Islam dalam berbagai perspektif. Dalam filsafat pendidikan terdapat banyak pandangan yang bisa dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang konsep pendidikan Islam khususnya dalam perspektif al-Qur’an, al-Hadits, filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologi.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.    Bagaimana konsep dasar pendidikan Islam?
2.    Bagaimana dasar pendidikan Islam menurut al-Qur’an dan Hadis?
3.    Bagaimana dasar pendidikan Islam ditinjau dari perspektif filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologis?


II. PEMBAHASAN
A.  Konsep Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instinnya. Sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna mencapai kehidupan yang lebih berarti. Oleh karena itu, pendidikan sebagai suatu aktivitas yang sadar akan tujuan, menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam pluralisme kehidupannya secara tepat.
Dasar pendidikan merupakan persoalan yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari dasar pendidikan itu kemudian akan ditentukan corak, warna dan isi pendidikan itu sendiri.[1] Dasar (Arab; Asas, Inggris; Fondation, Perancis; Fondement, Latin; fundamentum. Secara bahasa, berarti alas, fundamen, pokok  atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan).[2] Dasar mengandung pengertian sebagai berikut: (1) Sumber dan sebab adanya sesuatu. Misalnya alam rasional adalah dasar alam inderawi, artinya alam rasional merupakan sumber dan sebab adanya alam inderawi. (2) Proposisi paling umum dan makna paling luas yang dijadikan sumber pengetahuan, ajaran atau hukum. Dasar untuk pindah dari kepada yakin adalah kepercayaan kepada Tuhan bahwa Dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hamba-Nya.
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu dan mempunyai fungsi untuk memberikan arah kepada tujuan yang ingin dicapai dan sekaligus sebagai landassan untuk berdirinya sesuatu.[3] Dasar mesti ada dalam satu bangunan. Tanpa dasar, bangunan itu tidak akan ada. Pohon besar itu karena akar adalah dasarnya. Tanpa akar, pohon itu mati dan ketika sudah mati, bukan pohon lagi namanya melainkan kayu.[4] Maka tak ada akar, pohon pun tak ada. Kalimat لا اله الا الله  (Tidak ada Tuhan selain Allah) yang merupakan ekspresi terdalam keimanan orang mukmin digambarkan oleh Allah swt. sebagai dasar yang melahirkan cabang-cabang berupa amal saleh, sesuai firman Allah dalam QS Ibrahim/14: 24-25.
öNs9r& ts? y#øx. z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhŠsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ   þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøŒÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎŽôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcr㍞2xtGtƒ ÇËÎÈ     
Terjemahnya:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim de­gan seizin Tuhan-Nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.[5]
Secara umum pendidikan merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan dan pertumbuhan manusia kepada titik optimal kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.[6]
Pendidikan dalam pemahaman Islam ialah pertumbuhan yang seimbang antara pertumbuhan jasad, akal dan ruh, sehingga pendidikan Islam merupakan kebutuhan yang esensial bagi manusia. Karena pentingnya pendidikan, untuk itulah Allah swt. menetapkan perintah membaca sebagai instruksi pertama yang diterima oleh nabi Muhammad saw. Dari ayat yang pertama turun tersebut dapat difahami bahwa Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap pendidikan itu sendiri. Hal ini sebagai bukti betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia.
Kebutuhan akan pendidikan Islam terus berkembang sesuai dengan tuntu­tan za­man. Ini adalah konsekuensi logis bagi manusia sebagai makhluk yang berakal, yang memiliki kepentingan dan kebutuhan sesuai dengan zamannya dalam dimensi daya cipta, rasa, dan karsa.[7] Dengan demikian aktivitas pendidikan telah ada sejak manusia ada. Ini terbukti bahwa transformasi budaya telah berlangsung dari manusia pertama, dan selanjutnya berkembang sampai generasi berikutnya. Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan Islam.
Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam sehingga dengan mudah dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.[8]
Pengertian tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia di masa yang akan datang, tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islam yang diamanahkan Allah kepada manusia, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Beberapa pakar pendidikan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan tinjauan yang mereka kembangkan dan dengan demikian maka terjadi variasi dan polarisasi pengembangan pemikiran pendidikan. Menurut al-Toumy al-Syaibany bahwa Pendidikan Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku in­divdu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara ber­bagai profesi asasi dalam ma­syarakat.[9] Sedangkan Fadhil al-Jamaliy mengatakan bahwa Pendidikan Islam di­artikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia ke arah yang lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang le­bih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbua­tan.[10]
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk menambah kecakapan, keterampilan, pengertian dan sikap melalui belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan melangsungkan hidupnya, pada gilirannya dapat mencapai tujuan hidupnya. Usaha itu terdapat baik dalam ma­syarakat yang terkebelakang, maupun masyarakat yang sudah maju. Oleh karena itu, pendidikan mempu­nyai peranan penting dalam melakukan perubahan-peru­bahan dan rekayasa sosial dalam tatanan kehidupan. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa perubahan-perubahan hanya dapat diwujudkan melalui pendidi­kan.
Berdasarkan beberapa rumusan tentang definisi dasar dan pendidikan Is­lam di atas maka dapat dipahami bahwa konsep dasar Pendidikan Islam adalah Islam dengan segala ajarannya, dimana ajaran tersebut bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. yang dapat dikembangkan dengan berbagai aspek lainnya. Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan disebut ilmu pendidikan Islam. Tanpa dasar ini, tidak akan ada ilmu pendidikan Islam.
B.  Dasar Pendidikan Islam Menurut al-Qur’an dan Hadis
Sejalan dengan pengertian dan karakter ilmu pendidikan Islam, maka ilmu pendidikan Islam, baik secara teori maupun praktik berusaha merealisasikan misi ajaran Islam, yaitu menyebarkan dan menanamkan ajaran Islam ke dalam jiwa umat manusia, mendorong penganutnya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran al-Qur’an dan hadis, mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat mensejahterakan pribadi dan masyarakat, meningkatkan derajat dan martabat manusia.
Ahmad Tafsir memberikan suatu pandangan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk Muslim yang sempurna dalam artian beriman dan bertakwa atau manusia yang beribadah kepada Allah.[11] selain itu al-Gazali dan Ali al-Jumbulati juga mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan adalah bersifat keagamaan dan akhlak untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dan sekaligus untuk mendapatkan keridhaan-Nya, karena agama merupakan sistem kehidupan yang menitipberatkan pada pengalaman.[12] Kedua pandangan ini memberikan makna bahwa pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik yang menyangkut bagaimana akhlak dan sikap yang baik di tengah masyarakat, serta pengamalan ajaran agama Islam secara kaffah.
Umat Islam sebagai suatu komunitas yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci (al-Qur’an) lengkap dengan segala petunjuk dan meliputi segala aspek kehidupan manusia, sudah barang tentu dasar atau landasan pendidikan bersumber dari al-Qur’an. Rasulullah sendiri yang dianggap sebagai pendidik utama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pertama dan utama pendidikan, di samping hadis beliau sendiri. Al-Qur'an sebagai kala>mullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad menjadi dasar sumber pendidikan Islam yang utama dan pertama. Al-Qur'an menempati posisi yang paling sentral sebagai dasar dan sumber pendidikan Islam. Oleh karena itu, segala kegiatan dan proses pendidikan Islam harus senantiasa berorientasi pada prinsip dan nilai-nilai al-Qur'an.
Hasan langgulung dalam Azyumardi Azra mengatakan bahwa al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam mengandung beberapa hal positif bagi pengembangan pendidikan, yaitu antara lain penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, dan memelihara kebutuhan sosial.[13]
Al-Qur`an menegaskan bahwa Allah adalah Rabbal 'a>lami>n, artinya adalah pendidik semesta alam dan juga pendidikan bagi manusia. Pengertian tersebut diam­bil, karena kata rabbal dalam arti tuhan dan rabb dalam arti pendidik berasal dari asal kata yang sama. Dengan demikian menurut al-Qur’an tersebut alam dan manu­sia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang dan yang mengatur pertum­buhan dan perkembangan tersebut tidak lain kecuali Allah juga. Jadi mendidik dan pendidik pada hakikatmya adalah fungsi Tuhan dan mendidik adalah menga­tur, serta menga­rahkan pertumbuhan dan perkembangan alam dan manusia seka­ligus. Kenapa kenya­taan bahwa pendidik dan mendidik itu menjadi urusan manu­sia.[14]
Terdapat beberapa ayat yang menyebutkan bahwa Allah sebagai rabb se­nan­tiasa mendidik hambanya, bahkan yang menjadi dasar dan landasan akan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an QS al-Baqarah/2: 31.
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Terjemahnya:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.[15]
Kelebihan al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam tampak pada metodenya yang unik dan menakjubkan, sehingga dalam konsep Pendidikan  yang terkandung di dalamnya bertujuan untuk menciptakan individu yang berilmu dan beriman, senantiasa mengesakan Allah serta mengimani hari akhir. Al-Qur'an memberikan kepuasan penalaran yang sesuai dengan kesedehanaan dan fitrah manusia tanpa unsur paksaan dan di sisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan emosi manusiawi. Oleh karena itu, al-Qur'an mengetuk akal dan hati sekaligus sehingga mewujudkan ilmu pengetahuan yang sinergis dengan iman. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS al-Muja>dilah/58: 11.
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Terjemahnya:
… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[16]
Allah akan mengangkat orang-orang mukmin dan berilmu pengetahuan den­gan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari pahala maupun keridhaan-Nya.[17] Jadi, ayat yang pertama turun dimulai dengan  ayat yang mengandung konsep Pendidikan Islam. Sehingga dipahami dari ayat itu bahwa tujuan al-Qur'an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode bernalar serta sarat dengan kegiatan ilmiah, meneliti, membaca, mempelajari dan observasi terhadap manusia sejak masih dalam bentuk segumpal darah dan seterusnya, hal ini terlihat dalam firman Allah dalam QS al-‘Alaq/96: 1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Terjemahnya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah mencip­ta­kan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia menga­jar­kan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[18]
Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam melalui al-Qur'an menempatkan pendidikan pada segmen yang terpenting. Bahkan perintah Allah yang pertama dalam al-Qur'an adalah masalah pendidikan  dengan perintah untuk membaca. Itu berarti bahwa kebesaran dan kejayaan Islam karena dibangun melalui pendidikan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua ayat dalam al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan baik secara tersurat maupun tersirat. Pada setiap atau bahkan sejumlah ayat Allah membuktikan anugerahnya dengan menempatkan manusia di hadapan benda nyata, pengalaman, suara hati dan jiwa. Sehingga manusia tidak akan pernah mampu mengingkari apa yang telah dirasakan dan diterima oleh akal dan hatinya.
Dasar pendidikan Islam yang kedua adalah Hadis atau Sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian, maka sangat absah bila dikatakan bahwa Rasulullah saw. adalah sebagai guru atau pendidik utama dan pertama dan segala amalan atau perbuatan yang dikerjakan Nabi saw. Robert L. Gulick dalam bukunya Muhammad the Educator  mengemukakan bahwa Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan kestabilan yang mendorong perkembangan kebudayaan Islam. Dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat derajat atau mengubah perilaku manusia menjadi baik adalah seorang pangeran di antara para pendidik.[19]      
Selaras dengan uraian tersebut, Zakiah Daradjat mengatakan bahwa Seperti halnya al-Qur’an, hadis juga berisi aqidah dan syari’ah. hadis berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu, Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah al-Arqam ibn abi al-Arqam, kedua dengan memamfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.[20] Jadi hadis merupakan dasar pendidikan Islam.
Hadis memiliki dua manfaat pokok dalam dunia pendidikan. Manfaat per­tama, hadis mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al-Qur’an. Kedua, hadis dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, menjadikan kehidupan Rasulullah saw. dengan para sahabat ataupun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
Pendidikan Islam dalam perspektif hadis senantiasa searah dan seiring dengan al-Qur'an, sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan Islam dalam perspektif hadis merupakan cerminan dari konsep pendidikan  dalam al-Qur'an. Kendatipun konsep pendidikan telah terdapat dalam al-Qur'an dan hadis, namun demikian tetap terbuka untuk menafsirkan konsep-konsep pendidikan, sehingga dapat diterjemahkan dalam semua zaman dan kondisi sesuai dengan tuntutan perubahan. Dalam artian bahwa konsep-konsep pendidikan yang  tertuang dalam al-Qur'an dan hadis tidak harus dimaknai secara sempit dan picik, akan tetapi hendaknya dimaknai sebagai konsep universal yang tidak terbatas dalam suatu ruang waktu tertentu.
Uraian di atas bermakna bahwa sistem pendidikan harus berdasarkan  keduanya seperti yang diungkapkan oleh Abdul Fattah Jalal bahwa “al-Quran dan Hadis merupakan sifat azasi pendidikan, karena dari keduanyalah dapat dijabarkan berbagai permasalahan dasar pendidikan”.[21] Oleh sebab itu, segala aktivitas yang dilakukan dalam proses pendidikan agama Islam harus selalu berlandaskan dari al-Quran dan Hadis Nabi saw. Begitupula bagi setiap muslim, hendaknya dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitas senantiasa mendasarkannya pada al-Quran dan Hadis, sebab keduanya merupakan pedoman bagi manusia guna menjadikan manusia sebagai manusia yang insan al-ka>mil. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara tujuan hidup manusia dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
C.  Dasar Pendidikan Islam ditinjau dari Perspektif  filsafat, Yuridis Formal, Psikologis dan Sosiologis
1.    Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari kata-kata “philos” yang artinya love (cinta) dan “sophia” artinya wisdom (kebijaksanaan-kearifan). Jadi filsafat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta akan kearifan.[22]
Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini kemudian melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau mengetahui. Dengan kepan­daiannya manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari mem­pelajari filsafat itu sendiri.
Filsafat menentukan dasar dan tujuan hidup yang akan dijadikan sebagai dasar dan tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap selanjutnya akan mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Hal ini menjadi mungkin karena filsafat mengandung ide-ide, cita-cita dan sistem nilai yang perlu dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat atau bangsa dan inilah yang turut mewarnai sistem dan tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia. Sebagaimana halnya dengan dasar pendidikan, maka tujuan pendidikan pun harus berdasarkan pada falsafah hidup suatu bangsa.
Tujuan umum pendidikan biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Dalam merumuskan tujuan, pandangan hidup inilah yang menjadi acuan dasarnya dan pendidikan hanya dijadikan sebagai alat untuk kelanjutan hidup manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Karena falsafah hidup suatu bangsa berbeda, maka tujuan pendidikan suatu bangsa pun berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat pada beberapa Negara, misalnya di Sparda dahulu, tujuan pendidikannya adalah mempersiapkan seseorang agar menjadi kuat jasmaninya dalam berperang dan fasih berbicara dalam majlis-majlis. Di Athena tujuan pendidikannya adalah mempersiapkan individu-individu yang utuh dengan maksud agar seseorang itu mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula antara kekuatan jasmani dan rohaninya, serta baik akhlaknya baik perkataan maupun perbuatannya. Begitupula di Jepang sekarang misalnya tujuan pendidikannya adalah menghasilkan pegawai-pegawai yang ikhlas dan setia kepada kerajaan dan mempergunakan sebagian ilmunya yang diperoleh untuk kepentingan kerajaan.[23] Tujuan pendidikan tersebut yang didasarkan pada falsafah hidup suatu bangsa hanya berorientasi pada keduniaan saja.
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan tersendiri, sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang telah digariskan al-Qur'an dan al-Hadits. Tujuan dalam proses kependidikan Islam adalah idealitas yang mengandung nilai-nilai yang islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Dengan demikian, tujuan tersebut menggambarkan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia pada akhir dari proses tersebut.
2.    Yuridis Formal
Dasar pendidikan Islam sebagaimana pendapat yang  menyatakan bahwa dasar pendidikan agama Islam adalah meliputi “dasar ideal yaitu Pancasila, dasar konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945. Dasar yuridis formal adalah Undang-Undang Pendidikan Nasional, Dasar operasional adalah Kurikulum Pendidikan Nasional yang memuat mata pelajaran agama”.[24] Jadi, jelaslah bahwa dasar pendidikan Islam secara yuridis formal itu adalah dasar-dasar yang berkenaan dengan negara Republik Indonesia.
Berdasarkan pada Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.[25]
Relevansi kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam dapat dilihat dari dikeluarkannya Tap MPRS No. 2 tahun 1960 ditegaskan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan otonom di bawah pengawasan Menteri Agama selain itu dalam Tap MPRS No. 27 Tahun 1996 dinyatakan bahwa agama merupakan salah satu unsur mutlak dalam pencapaian tujuan nasional. Berdasarkan ketentuan ini, maka Departemen Agama menyelenggarakan pendidikan madrasah tidak saja bersifat keagamaan dan umum, tetapi juga bersifat kejuruan.[26]
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 merupakan wadah formal terintegrasinya sistem pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional meskipun secara eksplisit tidak mengatur secara khusus tentang pendidikan Islam tetapi dalam prakteknya memberikan ketentuan-ketentuan baru mengenai jenis dan kurikulum pendidikan Islam, khususnya pendidikan madrasah.
Dapat dipahami bahwa posisi pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 tercermin dalam beberapa aspek.
a.    Sistem pendidikan nasional menjadikan agama sebagai salah satu muatan wajib dalam semua jalur dan jenis pendidikan
b.    Dalam sistem pendidikan nasional, madrasah dimasukkan ke dalam kategori pendidikan jalur sekolah. Kebijakan ini dapat dikatakan bahwa madrasah pada hakekatnya adalah sekolah.
c.    Meskipun madrasah diberi status pendidikan jalur sekolah tetapi sesuai dengan jenis keagamaan dan system pendidikan nasional. Maka Madrasah memiliki jurusan khusus yaitu ilmu-ilmu agama dan ilmu umum.[27]
Maksud di atas adalah integritas madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional bukan merupakan integritas dalam artian penyelnggaraan dan pengelolaan, tetapi lebih pada pengakuan yang lebih mantap bahwa madrasah adalah bagian dari Sistem Pendidikan Nasional walaupun pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Agama.
3.    Psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar, para guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian, pengukuran, serta bimbingan. Keberhasilan pendidik dalam mencapai tujuan, harus memiliki informasi tentang watak peserta didik, pendidik, pengukuran dan penilaian yang terbaik.
Psikologi pada dasarnya menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia maupun hewan yang pada mulanya digunakan para ilmuwan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang paling modern. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki  dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.[28]
Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan psikologis dapat diartikan sebagai usaha memanfaatkan jasa psikologi Islam pada khususnya dan psikologi pada umumnya untuk mendukung perumusan konsep dan praktis pendidikan. Penggunaan jasa psikologi ini ditujukan, agar konsep dan praktik pendidikan tersebut dapat dirumuskan secara konprehensif dan dapat diterapkan secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.[29]
Pernyataan tersebut antara lain di dasarkan pada dua asumsi sebagai berukut:
a.    Kepentingan masyarakat  
Pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat tersebut. Dalam pemindahan (transmission), nilai-nilai ilmu dan keterampilan inilah psikologi memegang pranan yang sangant penting.[30]
b.    Kepentingan Individu
Pendidikan dilihat dari segi kacamata individu dapat diartikan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Indi­vidu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Masih berada di dasar laut, sehingga perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia  mempunyai bakat dan kemampuan yang jika pandai mempergunakannya dapat berubah menjadi emas dan intan, dapat menjadi kekayaan yang berlimpah ruah. Kemampuan inte­lektual saja beraneka ragam. Untuk dapat menggali, mengembangkan, dan memberdayakan kemampuan individual manusia itu, pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Pendidikan menurut pandangan individu adalah menggarap kekayaan yang terdapat pada setiap individu agar dapat dinikmati oleh individu dan selanjutnya oleh masyarakat.
4.    Sosiologi
Dasar sosiologi yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya di mana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan kebudayaan.    
Pada awal abad 20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan, sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sosiologi Pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya Dictionary of Sociology dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.[31] Pendidikan, menurut pendekatan sosiologi ini, dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial, atau diciptakan oleh interaksi sosial. Para sosiolog pendidikan mengkaji praktik-praktik pen­didikan untuk membuktikan hubungan­nya dengan kelembagaan, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan berba­gai komponen pendidikan lainnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut tampak jelas dari satu segi pendidikan amat membutuhkan jasa sosiologi, namun pada sisi lain pendidikan juga tidak berdaya membendung kecenderungan perkembangan masyarakat. Pendidikan dan perkembangan masyarakat terjadi hubungan yang saling tarik menarik dan bersifat simbiotik. Kecenderungan selama ini menunjukkan bahwa pengaruh perkembangan masyarakat jauh lebih kuat dari pengaruh pendidikan. Pengaruh pendidikan terhadap masyarakat lebih bersifat jangka panjang atau defensif  yakni pendidikan berusaha membendung pengaruh negatif dari perkembangan masyarakat. Sedangkan pengaruh masyarakat terhadap pendidikan tampak bersifat jangka pendek dan mendesak. Pendidikan dan masyarakat selalu berinteraksi dan saling memberi pengaruh.



III. PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Konsep dasar pendidikan Islam bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. yang dapat dikembangkan dengan berbagai aspek lainnya. Tidak harus dimaknai secara sempit dan picik, akan tetapi dimaknai sebagai konsep universal yang tidak terbatas dalam suatu ruang waktu tertentu.
2.    Dasar pendidikan Islam menurut al-Qur’an dan al-Hadits mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan.
3.    Dasar pendidikan Islam ditinjau dari perspektif filsafat, yuridis formal, psikologis, dan sosiologis yaitu menghendaki terwujudnya nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia dengan berdasar pada cita-cita hidup umat Islam yang menginginkan kehidupan duniawi dan ukhrawi yang bahagia secara harmonis.
B.  Implikasi
Ajaran Islam tentang pendidikan adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan dan menegakkan pendidikan. Dalam pendidikan, terkandung nilai-nilai sakral yang bisa mengantarkan manusia menjadi sosok berguna, karena menurut ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan hidup mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat. Oleh karena itu, untuk membentuk manusia berilmu tidak terlepas dari berbagai unsur pendidikan. 


DAFTAR PUSTAKA
al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Ruh} Isla>m, Terj. Syamsuddin Asyrofi, Achmad Warid Khan, dan Nizar Ali dengan dengan judul Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: logos, 1999.
Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
-------. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisepliner. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
-------. Kapita Selekta Pendidikan. Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2012.
Daradjat, Zakiah, et.al. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Departemen Agama RI. Al-Qur’anul Kari>m dan Tajwid Berwarna disertai Tafsir Ringkas Ibnu Katsi>r. Jakarta: Jabal Raudhotul Jannah, 2009.
Jalal, Abdul Fattah. Min Ushu>l al-Tarbawiyah Fi> al-Isla>m, terj. Herry Noer Ali, dengan judul Azas-azas Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1988.
al-Jamaly, Muhammad Fadhil. Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an. Cet. 1; Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
al-Jumbulati, Ali. Dira>satun Muqa>ranatun fi-al-Tarbiyyati al-Isla>mi>yah, terj. M. Arifin, dengan judul  Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam Sejarahnya. Cet. 1: Makassar: Berkah Utami, 2002.
Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam: dengan Pendekatan Multidisipliner. Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
-------. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Cet. III; Jakarta: RagaGrafindo Persada, 2009.
Rahmat, Jalaluddin. Islam Alternatif (Cet. III; Bandung: Mizan, 1991.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. IX; Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Cet.1; Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet. XVI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
al-Syaibany, Oemar Muhammad al-Toumy. al-Falsafah al-Tarbiyah al-Islam terj. Hasan Langgulung  dengan judul Filsafat Pendidikan Islam. Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. VIII; Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1. Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksar, 2004.        
-------. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.


[1]Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam Sejarahnya (Cet. 1I: Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiyah, 2004), h. 12.
[2]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 1994),  h. 211.
[3]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. IX; Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 121.
[4]Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: logos, 1999), h. 30.
[5]Departemen Agama RI, Al-Qur’anul Kari>m dan Tajwid Berwarna disertai Tafsir RingkasIbnu Katsi>r  (Jakarta: Jabal Raudhotul Jannah, 2009), h. 258-259.
[6]H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 11.
[7]H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisepliner (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 1. 
[8]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 3.
[9]Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, al-Falsafah al-Tarbiyah al-Islam terj. Hasan Langgulung  dengan judul Filsafat Pendidikan Islam (Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399.
[10]Muhammad Fadhil al-Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an  (Cet. 1; Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 3.
[11]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. VIII; Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), h. 51.
[12]Ali al-Jumbulati, Dira>satun Muqa>ranatun fi-al-Tarbiyyati al-Isla>mi>yah, terj. M. Arifin, dengan judul  Perbandingan Pendidikan Islam  (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h.
[13]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III (Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2012), h. 9.
[14]Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksar, 2004), h. 12.                 
[15]Departemen Agama RI, op. cit., h. 6.
[16]Ibid., h. 543.
[17]Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Cet. III; Jakarta: RagaGrafindo Persada, 2009), h. 154.
[18]Departemen Agama RI, op. cit., h. 597.
[19]Lihat Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif (Cet. III; Bandung: Mizan, 1991), h. 115.
[20]Lihat Zakiah Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 21.
[21]Abdul Fattah Jalal, Min Ushu>l al-Tarbawiyah Fi> al-Isla>m, terj. Herry Noer Ali, dengan judul Azas-azas Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1988), h. 15.
[22]Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Cet.1; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 33.
[23]Khaeruddin, op.cit., h. 19.
[24]Zuhairini, et al., Metodik Khusus Pendidikan Agama  (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),  h. 5.
[25]Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1  (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 3-4.
[27]Ibid.
[28]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet. XVI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 10.
[29]Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam: dengan Pendekatan Multidisipliner  (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 163.
[30]Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987), h. 251.
[31]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 1.




[1] Lihat Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Ruh} Isla>m, terj. Syamsuddin Asyrofi, Achmad Warid Khan, dan Nizar Ali dengan dengan judul Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam  (Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 9-27. 
[2]Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam Sejarahnya  (Cet. II; Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya, 2004), h. 8.
[3]Ibid., h. 26.